Sejarah Pesantren Musthafawiyah

SEJARAH PESANTREN MUSTHAFAWIYAH
WIKIPEDIA.COM

Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten Mandailing Natal dan berlokasi di desa Purba Baru, Lembah Sorik Merapi, Mandailing Natal. Merupakan salah satu pesantren tertua di pulau Sumatera dengan usia sekitar 1 abad dan telah banyak mencetak ulama di Indonesia.[3]

1. Sejarah Berdiri
Ponpes Musthafawiyah yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Purba Baru didirikan pada 12 November 1912[1] oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini berlokasi di kawasan jalan lintas Medan - Padang , desa Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal , Sumatera Utara, Indonesia. Awalnya pesantren ini didirikan di Desa Tanobato, Kabupaten Mandailing Natal. Karena Tanobato dilanda banjir bandang pada tahun 1915, Musthafawiyah dipindahkan oleh pendiri ke Desa Purba Baru hingga kini[4] .

Sang pendiri dan pengasuh pertama, yang belajar ilmu agama selama 13 tahun di Makkah itu, meninggal pada November 1955. Pimpinan pesantren berpindah kepada anak lelaki tertuanya, H. Abdullah Musthafa.

Pada tahun 1960 dibangun ruang belajar semipermanen. Pada tahun 1962, ruang belajar yang dibangun dari sumbangan para orang tua santri berupa sekeping papan dan selembar seng setiap orangnya ditambah tabungan H. Abdullah Musthafa Nasution. Bangunan ini diresmikan Jenderal Purnawirawan Abdul Haris Nasution. Para santri putra dilatih kemandiriannya dengan membangun pondok tempat tinggal mereka. Ribuan pondok yang terhampar di Desa Purbabaru ini menjadi pemandangan unik di jalan lintas Sumatera. Lama pendidikan selama 7 (tujuh) tahun di ponpes ini.

2. Alumni
Para alumni banyak bertebaran di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, Jambi. Di antara mereka ada juga yang melanjutkan studi ke Mesir, Suriah, Yordania, Yaman, India, Makkah, Maroko, Sudan, Pakistan.


3. Pengasuhan Santri

Di pesantren ini para santri menempati gubuk-gubuk kecil yang ditata sederhana sebagai tempat tinggal sekaligus berlatih dan menuntut ilmu agama islam[5].
Kekhasan pesantren ini adalah para santri mendiami semacam gubuk sederhana yang rata-rata berukuran 3 meter x 3 meter yang terlihat berjejer di kanan dan kiri jalan lintas Sumatera. Keberadaan gubuk-gubuk ini adalah salah satu ciri khas pesantren ini[4].

Dengan sistem gubuk tradisional, kesatuan komunitas berjalan dengan sistem kompleks yang membentuk sistem sosial tersendiri, dan sistem kepemimpinan santri.
Gubuk-gubuk tempat tinggal santri terbagi menjadi beberapa kelompok yang di namai banjar/kompleks. Setiap banjar/kompleks dipimpin oleh seorang ketua dengan staf-stafnya yang dilengkapi dengan program tahunan, baik bersifat program penunjang aktifitas keorganisasian, penunjang pendidikan formal seperti diskusi/musyawarah, kreasi tulis menulis, maupun pengembangan minat baca diperpustakaan dan sebagainya[6]. Dengan tujuan pengembangan kepribadian, karakter dan kemampuan bermasyarakat.

4. Daftar Nama Pimpinan Pesantren

Syeikh Musthafa Husein Al-Mandili(1912-1955)
Syeikh Abdullah Bin Musthafa binHusein Nasution (1955-)
H. Bakri bin Abullah bin Musthafa Bin Husein bin Umar Nasution Musthafa Bakri Nasution

Tidak ada komentar: