Musthafawiyah Dalam Kisah
Apa kabar sahabat semua?, se,oga kebahagiaan selalu menyertai hidup anda. Hari ini sahabat semua jumpa dengan penulis, sore ini penulis akan memberikan kisah humor santri, yg sangat sayang jika dilewatkan. selamat membaca sahabatku...!!!
"Kisah ini hanyalah fiktif belaka dengan tujuan sebagai hiburan, jika ada kesamaan nama, cerita, tokoh dan lain sebagainya kami mohon maaf."
Salah satu Pesantren di Mandailing Natal adalah Musthafawiyah,
santri-santri dilarang keras merokok. Dan para ayah pondok pesantren itu
tidak segan-segan memberikan takzir yang berat pada santri yang
ketahuan melanggar aturan merokok di pesantren ini. Namun tentu saja ada
santri nakal yang nekat melakukan pelanggaran.
Bahkan, sering beberapa santri yang tidak tahan ingin merokok
mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di belakang
pondok atau di gang-gang kecilnya, atau di bawah rerumpulan bulu. Bahkan
ada juga yang tidak jijik merokok di "Aek Singolot" sambil pura-pura
sedang BAB.
Satu hari, saat malam telah larut, salah seorang santri perokok ingin
kembali melakukan aksi terlarangnya. Meski sudah agak mengantuk karena
kelamaan menunggu waktu yang aman untuk merokok, ia pun bergegas ke
bawah rerumpunan bulu, yang berada di belakang dekat dengan sungai.
Santri itu lalu mendekati seseorang temannya di kejauhan yang sedang
menyalakan rokok. Suasana disekitar yang jauh dari lampu penerangan
membuat tempat itu memang agak gelap dan aman untuk merokok.
"Tulang, Jia jolo santing ie... dohot korek nai mantong...sakalian."
katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.
Temannya langsung menyerahkan sebungkus rokok yang dipegangnya. Santri
perokok itu tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru
mangalcik rokok.
"Alhamdulillah, wah...mantab tulang" katanya. Diteruskan dengan alcikan
kedua, sambil memejamkan mata seakan menghayati alcikan rokoknya.
Rokok semakin menyala, dan... dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu
lama-kelamaan si santri mulai sadar dengan siapa dia sebenarnya saat
itu sedang merokok bareng. Namun santri belum yakin betul dan diteruskan
dengan alcikan selanjutnya... alcikan yang dalam sehingga membuat rokok
itu semakin menyala terang. Dan...
Ternyata... yang dia mintai rokok adalah gurunya sendiri. yang mengawas
banjar tempat mereka tinggal.
Bukan main, si santri itu sangat kaget dan ketakutan. Dia langsung
kabur, lari tunggang langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang
dipinjamnya.
Sang Guru pun marah besar sambil berteriak :
"Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Bere..."
Note:
Ayah : Guru
Takzir : Hukuman
pondok : Gubuk
Bulu : Bambu
Aek Singolot : nama sungai
"Tulang, Jia jolo santing ie... dohot korek nai mantong...sakalian." :
meminta rokok
mangalcik : menghisap
banjar : sekumpulan gubuk
Tulang : Kakak
Bere : Adek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar