HUMOR SANTRI MUSTHAFAWIYAH
TERTAWALAH
SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG, TAPI JANGAN BERLEBIHAN...!!!
Keunikan Pesantren Mustafawiyah
telah menjadi sesuatu yang umum dikalangan masyarakat, terlebih-lebih bagi
orang yang sudah pernah menginjakkankan kakinya di tanah Singolot ini. Banyak
cerita yang sangat berkesan bagi para santri-santrinya ketika sedang menimba
ilmu di tempat ini.
Keunikan pesantren ini tidak hanya
dari segi letak geografinya yang berada di lembah gunung Sorik Marapi, bukan
juga karena tempat tinggal para pokir (Santri laki-laki) yang terkesan fakir
(miskin), akan tetapi keunikannya yang paling khas adalah kebiasaan para santri
laki-laki maupun santri perempuan yang gemar mencari FAEDAH (amalan-amalan
tertentu).
Inilah secuil kisah gokil santri Musthafawiyah ketika
meminta faedah parmanison kepada sang ayah (ustadz) ketika berada di dalam
kelas.
Selamat
membaca.........!!!!!!!!!!!!
Pokir : Ayah…Parmanison i jolo e!
Ayah : Parmanison na songonjia do giot mu amang?
Pokir : Nga marimbar ayah. Ngadong parmanison, sipamago-mago pe jadi…
Ayah : Anggo naget parmanison do jiamang. Roma amang tu Kobun niayah nadi tor Roburan.
Pokir : Ayah…Parmanison i jolo e!
Ayah : Parmanison na songonjia do giot mu amang?
Pokir : Nga marimbar ayah. Ngadong parmanison, sipamago-mago pe jadi…
Ayah : Anggo naget parmanison do jiamang. Roma amang tu Kobun niayah nadi tor Roburan.
Setibanya dikebun, si pokir dan sang guru mangarabi
(membersihkan rumput dengan sejenis parang) kebun yang sudah ditumbuhi rerumputan.
Ketika matahari mulai tergelinjir, sang guru dan pokir pun beristirahat di gubuk
untuk solat dan makan siang. Setelah selesai makan sang pokir bertanya:
Pokir : Ayah…Faedah parmanison i. borat dei amalanna?
Ayah : Anggo na botul-botul amang roamu. Inda borati…
Pokir : Olo ayah. memang nabotul mantong
Ayah :
jadima amang, tulis ma. So ilehen ayah pulunganna.
Sang pokir beregas mengambil kertas dan pulpen yang sengaja dibawa untuk mencatat faedah yang akan diberikan sang guru.
Sang pokir beregas mengambil kertas dan pulpen yang sengaja dibawa untuk mencatat faedah yang akan diberikan sang guru.
Ayah : pulunganna ntong Aek nadi botol on ma, madung idoah ayah mei.
Pokir : Cara mangamalkonna ayah?
Ayah : amalan naon dikarejo on muda mandung borngin, laos get modom. Baca Fatiha sakali, sholawat sakali. Ombuskon tu aek on. Habisi, baru basuon tu muko secukupna. Satorusna papodom ma. Insya alloh, manis moho amangi….
Si pokir ini senang sekali ketika mendapatkan Faedah yang sungguh sangat langka. Dipenghujung sore, ketika hendak pulang sang guru juga memberikan sebotol tangguli (air manis dari pohon aren) yang sudah didinginkan. Akhirnya, dua botol air dari kebun sang guru ia bawa pulang ke pondok.
Ketika malam tiba, si pokir ini
sudah tidak sabar lagi untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh sang guru.
Setelah selesai sholat isya, ia mengambil air yang berada di botol, setelah membaca
Fatiha dan Salawat ia langsung membasu mukanya dengan air tersebut. Setelah itu
ia langsung tidur.
Keesokan harinya, si pokir merasakan
sesuatu yang aneh di wajahnya. Seolah-olah ada kutu-kutu yang sedang
lalu-lalang di wajahnya, wajahnya juga terasa berat. Setelah berkaca, ternyata wajahnya sudah dikerumunin
Semut-semut hitam.
Setelah si pokir ini membasuh
wajahnya, akhirnya ia teringat kepada dua botol air pemberian sang guru yang
isinya berbeda. Air yang semalam ia buat
ke wajahnya ternyata botol yang berisi air Tangguli, yang rasanya
manis….wwkwkwkwkwkwkw….Dalam hatinya: “ waduhhhhhhhhhhhhhhh…..” saya salah jampi
ne…..huhuhuhu..............”
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar