Kamis, 02 Oktober 2014

Humor Musthafawiyah "Santri Yang Merokok Harus Dihukum"

Musthafawiyah Dalam Kisah 
Fb Ahmad


 Apa kabar sahabat semua?, se,oga kebahagiaan selalu menyertai hidup anda. Hari ini sahabat semua jumpa dengan penulis, sore ini penulis akan memberikan kisah humor santri, yg sangat sayang jika dilewatkan. selamat membaca sahabatku...!!! 
"Kisah ini hanyalah fiktif belaka dengan tujuan sebagai hiburan, jika ada kesamaan nama, cerita, tokoh dan lain sebagainya kami mohon maaf."



Salah satu Pesantren di Mandailing Natal adalah Musthafawiyah, santri-santri dilarang keras merokok. Dan para ayah pondok pesantren itu tidak segan-segan memberikan takzir yang berat pada santri yang ketahuan melanggar aturan merokok di pesantren ini. Namun tentu saja ada santri nakal yang nekat melakukan pelanggaran. Bahkan, sering beberapa santri yang tidak tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di belakang pondok atau di gang-gang kecilnya, atau di bawah rerumpulan bulu. Bahkan ada juga yang tidak jijik merokok di "Aek Singolot" sambil pura-pura sedang BAB. Satu hari, saat malam telah larut, salah seorang santri perokok ingin kembali melakukan aksi terlarangnya. Meski sudah agak mengantuk karena kelamaan menunggu waktu yang aman untuk merokok, ia pun bergegas ke bawah rerumpunan bulu, yang berada di belakang dekat dengan sungai. Santri itu lalu mendekati seseorang temannya di kejauhan yang sedang menyalakan rokok. Suasana disekitar yang jauh dari lampu penerangan membuat tempat itu memang agak gelap dan aman untuk merokok. "Tulang, Jia jolo santing ie... dohot korek nai mantong...sakalian." katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya. Temannya langsung menyerahkan sebungkus rokok yang dipegangnya. Santri perokok itu tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru mangalcik rokok. "Alhamdulillah, wah...mantab tulang" katanya. Diteruskan dengan alcikan kedua, sambil memejamkan mata seakan menghayati alcikan rokoknya. Rokok semakin menyala, dan... dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu lama-kelamaan si santri mulai sadar dengan siapa dia sebenarnya saat itu sedang merokok bareng. Namun santri belum yakin betul dan diteruskan dengan alcikan selanjutnya... alcikan yang dalam sehingga membuat rokok itu semakin menyala terang. Dan... Ternyata... yang dia mintai rokok adalah gurunya sendiri. yang mengawas banjar tempat mereka tinggal. Bukan main, si santri itu sangat kaget dan ketakutan. Dia langsung kabur, lari tunggang langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya. Sang Guru pun marah besar sambil berteriak : "Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Bere..." 

Note: Ayah : Guru Takzir : Hukuman pondok : Gubuk Bulu : Bambu Aek Singolot : nama sungai "Tulang, Jia jolo santing ie... dohot korek nai mantong...sakalian." : meminta rokok mangalcik : menghisap banjar : sekumpulan gubuk Tulang : Kakak Bere : Adek

Tidak ada komentar: